ANAK KANDUNG ATOIN METO' DALAM DUNIA POLITIK NASIONAL

 

ANAK KANDUNG ATOIN METO’

DALAM DUNIA POLITIK NASIONAL

 

Oleh : Pina Ope Nope

 

 

 

 

Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Timur yang paling menonjol dalam beberapa hal minus. Penduduk mayoritas di Kabupaten TTS ini adalah suku Atoni yang sering kita dengar disebut Atoin Meto’ . Dari sisi pemerintahan, bila anda ingin mencari angka statistik untuk angka penduduk miskin ekstrim maka TTS ada di urutan depan juga angka putus sekolah, angka pengangguran hingga angka stunting.  Tidak heran bila seringkali adegium TTS hampir selalu diplesetkan menjadi Timor Tengah Sengsara.

Namun lebih dari itu semua, sejak mulainya era reformasi hingga saat ini, tidak pernah ada putra asli TTS yang pernah menduduki jabatan strategis seperti jabatan DPR RI apalagi kedudukan selevel menteri, padahal kabupaten TTS adalah kabupaten dengan penduduk terbanyak nomor satu di seluruh propinsi ini. Ini adalah sebuah situasi yang sangat memprihatinkan sebab penduduk TTS yang banyak dengan segudang prestasi minus di mata Republik ini ternyata hanya menjadi kendaraan politik bagi segelintir politisi yang opurtunis dan pragmatis.

Bahkan ada salah satu caleg DPR RI dari Australia yang beberapa waktu lalu melalui sebuah media online menyebut bahwa TTS adalah tanah tumpah darah politiknya, padahal wajahnya saja tidak pernah saya lihat secara langsung selama dia menjabat sebagai DPR RI sudah 4 tahun belakangan ini. Ini sangat miris sekali sebab semua orang tahu bahwa gaji dan fasilitas untuk menjadi DPR RI sangat fantastis dan kalau dikalkulasikan bisa mencapai milyaran hanya dalam kurun waktu setengah tahun saja. Belum lagi apabila partainya berhasil menggolkan satu rancangan undang-undang atau proses perijinan suatu perusahaan Koorporasi yang menguntungkan oligarki, maka dia akan bergelimangan harta. Kita ambil contoh kasus Papa Minta Saham yang mencuat beberapa tahun lalu, itu juga adalah anggota DPR RI dari dapil NTT dimana TTS salah satu basisnya. Kini jelas sudah bahwa Atoin Meto’ dalam bernegara di Republik ini hanya menjadi pelengkap saja.

Kisah Lu Bu Wei

Sebagai seorang penggemar sejarah, saya sangat tergugah dengan sejarah dari negeri China yaitu kisah tentang Lu Bu Wei. Bagi yang belum pernah mengetahui, perlu saya jelaskan bahwa kisah Lu Bu Wei ini bukan dongeng tetapi ini adalah fakta sejarah. Kisah Lu Bu Wei, cukup menarik untuk diikuti sebagai salah satu kisah yang lucu namun menarik terutama akan saya ulas di akhir kisah ini dan kaitannya dengan keberadaan Atoin Meto’ di pulau Timor.

Lu Bu Wei adalah salah satu pedagang dan rakyat biasa yang hidup pada 235 sebelum masehi. Dia lahir di negara Wei (sekarang Puyang, provinsi Hebei) dimana pada masa itu negeri China belum bersatu dan merupakan negara-negara yang terpisah-pisah dan saling berperang (453 SM-221 SM). Apabila China bisa bersatu itu karena peran seorang yang bernama Yin Zheng yang merupakan kaisar pertama China dan Lu Bu Wei dipercaya merupakan ayah biologis dari Ying Zheng yang kelak menjadi kaisar dengan nama Qin Shihuang. Namun Lu Bu Wei bukanlah keturunan raja atau juga dari keluarga bangsawan, dia adalah rakyat biasa.

Ketika Lu masih muda dan menjadi seorang pedagang, suatu hari dia bertanya pada ayahnya.

“Ayah, berapa sih untungnya bertani ?”

“Sepuluh kali lipat masukannya dari modal awal” jawab ayahnya.

“Bagaimana kalau berbisnis perhiasan ?” tanyanya lagi

“Seratus kalinya”

“Lalu bagaimana kalau kita membantu seseorang mewarisi tahta kerajaan dan mengontrol negara ?”

Ayahnya sambil tersenyum menjawab “Ribuan, puluhan ribu, bahkan mungkin tak terhitung” .

Suatu hari dalam sebuah perjalanan bisnis ke negara Zhao, Lu Bu Wei berkenalan dan berteman dengan seorang pangeran dari negara Qin yang menjadi tawanan perang di negara Zhao. Pangeran Qin yang menjadi temannya itu bernama Ying Yiren. Di masa-masa itu pertukaran sandera merupakan hal yang lumrah agar negara-negara yang bersangkutan mematuhi syarat-syarat perdamaian, sandera-sandera itu biasanya adalah anggota keluarga kerajaan dan salah satunya adalah Ying Yiren.

Untuk menyenangkan temannya yang bangsawan itu, maka Lu Bu Wei ini menghadiahkan seorang selir kesayangannya yang bernama Zhao Ji yang sebenarnya sudah dihamili oleh Lu Bu Wei terlebih dahulu. Lu Bu Wei juga kemudian membantu Yiren meloloskan diri dari negara Zhao kembali ke negaranya yaitu negara Qin.

Beberapa bulan setelah pernikahan Yiren dengan Zhao Ji, maka lahirlah seorang bayi laki-laki bernama Ying Zheng. Melalui lobi-lobi Lu Bu Wei, dia berhasil meyakinkan permaisuri dari Pangeran An untuk menunjuk Ying Yiren menjadi putra mahkota atau pewaris tahta di kemudian hari.

Sekitar 9 tahun kemudian, yaitu pada musim gugur tahun 251 Sebelum Masehi, pangeran An naik tahta menggantikan ayahnya yang baru saja meninggal dunia. Namun baru satu tahun dia menjadi raja, dia justru meninggal dunia yang di kemudian hari dicurigai kalau kematiannya ini akibat diracuni oleh Lu Bu Wei. Akhirnya Ying Yiren, sahabat Lu Bu Wei di angkat menjadi raja menggantikan ayahnya Pangeran An dan Lu Bu Wei diangkat menjadi Perdana Menterinya.

Namun ternyata Ying Yiren yang bergelar raja Zhuangxiang ini hanya berkuasa selama 3 tahun dan meninggal dunia karena sakit. Ying Zhen yang baru berusia 13 tahun dan menurut rumor yang baru diketahui di kemudian hari adalah anak biologis Lu Bu Wei akhirnya menjadi raja menggantikan Ying Yiren dan Lu Bu Wei ditunjuk menjadi wali untuknya.

Akhirnya Lu Bu Wei menjadi orang yang paling berkuasa di negara Qin. Ia memperkerjakan sekitar 3000an orang dari berbagai profesi seperti Politisi, ahli sejarah, ahli keuangan dan penulis untuk menyusun Lushichunqiu (almanak Lu) yang berisi kumpulan ilmu pengetahuan dan filosofi pada saat itu. Buku ini digunakan Lu sebagai panduannya dalam usaha menaklukan negara-negara lain dan menyatukan seluruh daratan Tiongkok. Dia menyuruh rakyat Qin membaca buku itu. Skrip atau salinan dari buku itu dipajang di depan umum dan dia menjanjikan imbalan emas pada siapapun yang bisa menambah ataupun mengurangi isinya. Namun buku itu terlalu sempurna untuk zaman itu sehingga tak seorangpun yang mampu melakukannya.

Selama masa perwalian Lu Bu Wei, kerajaan Qin menganut strategi politik bersahabat dengan negara yang jauh dan menyerang negara yang dekat. Qin menyerang negara Han dan Wei lalu terus mengembangkan perbatasannya ke arah timur. Dia juga menganut kebijakan keterbukaan kebudayaan dan dia mengumpulkan orang-orang berbakat dan memanfaatkan bagi kepentingan negara Qin maupun kepentingan pribadinya.

Bisnis keluarga Lu juga berkembang pesat dan meraup keuntungan besar lewat pengaruhnya yang besar dalam kerajaan. Dengan dukungan Zhao Ji yang adalah ibu suri raja, Lu Bu Wei menjadi sangat berpengaruh di seluruh kerajaan Qin.

Seiring berjalannya waktu, raja Ying Zheng juga semakin dewasa. Sama seperti Lu, raja Ying Zheng yang bergelar raja Qin Shi Huang atau Qin Shi Huangdi adalah seorang yang kuat, pintar dan ambisius. Di kemudian hari Ying Zheng adalah orang pertama yang menaklukan tujuh kerajaan dan menyatukannya serta mendirikan dinasti Qin (Chi’in). Dari sinilah nama modern Tiongkok diambil yaitu China yang seperti kita kenal sekarang ini. Ying Zheng adalah seorang raja yang tak terkalahkan dan merupakan kaisar pertama Tiongkok yang berhasil menyatukan tujuh kerajaan menjadi satu seperti yang sekarang ini.

Seiring berjalannya waktu, Lu mulai khawatir apabila hubungan gelapnya dengan ibu suri raja tercium yang akan membawa kesulitan baginya, maka Lu menyodorkan seorang laki-laki bernama Lao Ai, seorang biseksual kepada ibu suri Zhao yang haus akan belaian seorang pria. Namun beberapa tahun kemudian, Lao Ai mengadakan pemberontakan yang gagal dan ia beserta keluarganya dihukum mati. Dari pengakuan Lao Ai-lah akhirnya Yin Zheng mengetahui hubungan gelap Lu dengan ibunya dan juga ia mengetahui bahwa Lu sebenarnya adalah ayah kandungnya. Skandal ini akhirnya membuat Lu dicopot dari jabatannya dan diusir pulang ke kampung halamannya dan kemudian Ying Zheng memaksa Lu untuk bunuh diri karena mencurigai Lu akan memberontak dan mungkin saja Ying Zheng berusaha menutupi asal usulnya yang bukan berdarah biru.

Walaupun Lu mati, namun dia sama sekali tidak menyesal sebab dia telah berhasil mengantarkan darah dagingnya, anak kandungnya menjadi salah satu manusia yang paling terkenal dalam sejarah China dan juga sejarah dunia.

 

Anak kandung Atoin Meto’

Kisah Lu Bu Wei ini sangat menggugah saya untuk menyentil eksistensi Atoin Meto’ yang begitu di pandang sebelah mata di Republik ini. Tidak mungkin kita bisa keluar dari kungkungan kemiskinan dengan hanya mengandalkan pertanian musiman seperti yang ditanyakan Lu Bu Wei kepada ayahanya pertama kali tentang nilai balik investasi.

Kesimpulan ayah Lu tentang investasi tampuk kekuasaanlah yang bisa membawa kelompok bahkan bangsanya yaitu bangsa Qin menuju kepada era keemasannya. Apabila ada politisi kita yang menggalakkan orang-orang Atoni untuk hanya mengandalkan sebedeng sayur dan tomat, atau kebun jagung maka itu adalah pemikiran yang rumit sebab sebedeng sayur dan tomat atau sekebun jagung memang bisa melawan lapar tapi tidak untuk melawan kemiskinan. Uniknya anak-anak dan putra –putri para pejabat kita tidak ada yang bercita-cita menjadi petani tapi seluruh program dan keuangan pembangunan di fokuskan pada pertanian. Ini merupakan pemikiran yang berlawanan dengan pemikiran Lu Bu Wei dan ayahnya 2300 tahun lalu.

Demikian di bidang Demokrasi, apabila kita mengasosiakan Lu Bu Wei sebagai pemilih Atoin Meto’, maka kita juga akan mengasosiasikan Yin Zheng sebagai politisi yang berusaha kita titipkan dalam system republik kita ini untuk memperhatikan kesengsaraan masyarakat Atoin Meto’ yang selalu berada di garis kemiskinan. Semua  orang tahu bahwa Republik ini setiap tahunnya mengelola puluhan bahkan ratusan ribu trilliun namun daerah kita masih saja merupakan anak tiri dan penonton. Anak-anak pungut kita yang kita utus dari daerah lain menjadi wakil kita hanya mengurus daerah kampung halamannya dan menyisakan remeh temeh bagi kita.

Apabila Lu Bu Wei seorang yang hidup 2300 tahun lalu mampu berpikir dengan gemilang untuk mampu menyusupkan anak kandungnya menjadi kaisar di Tiongkok, lalu mengapa kita seluruh Atoin Meto’ yang hidup di masa Android tidak mampu mengirimkan satu atau dua anak kandung menjadi orang-orang penting di Jakarta, baik itu sebagai anggota DPR RI atau bahkan Menteri?.

Selama beberapa tahun ini, kita Atoin Meto’  dari ujung barat pulau sampai ujung timur propinsi hanya menitipkan aspirasi kemiskinan dan kesengsaraan kita kepada anak-anak angkat, anak-anak titipan dan anak-anak jalanan yang datang dari jauh dan bukan anak kandung yang memiliki karakter yang sama seperti kita.

Uniknya kesadaran naluri Lu Bu Wei  dalam diri kader-kader Atoin Meto’ yang berada di akar rumput juga tidak ada. Banyak diantara kader-kader Atoin Meto’ yang saling gontok-gontokan untuk membela anak-anak angkat dan anak-anak titipan bila ada kritikan semacam ini.

Semoga apa yang saya tulis ini tidak menyinggung perasaan bapak ibu saudara/ saudari terutama sesama Atoin Meto’ atau bahkan tidak ada Atoni Banamas yang merasa tersinggung atas nukilan pena saya ini.

 Niki-Niki, 7 Mei 2023


Komentar

  1. Ini betul sekali Nope Neak tapi persoalan kita kompleks karena masih minim sekali kesadaran bahwa membangun Atoin meto harus prioritas utama 🤝👏👏

    BalasHapus
  2. Mantap pak Pina... Sepakat bahwa kita perlu bersatu untuk maju.

    BalasHapus
  3. Bangun mindset cinta TTS.

    BalasHapus
  4. Bangun mindset cinta TTS.

    BalasHapus
  5. 🙏🏼🙏🏼

    BalasHapus
  6. Tulisan yg sangat menarik. Saya baca lompat2 tapi sangat mendalam sbg gugatan terhadap atoin meto.

    BalasHapus
  7. Saya suka karya ini Usi Pina

    BalasHapus
  8. terima kasih tulisan yang menarik, tapi sayang anak kandung atoin meto kurang berani menyusup seperti cerita di atas, kurang strategi, mudah2an 2024 ada atoin meto yang bisa di kirim ke senayan,

    BalasHapus
  9. Sejarah Pulau Timor penuh dengan perubahan politik, perjuangan, dan perubahan dinamika sosial. luar biasa

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TIMOR : KISAH HILANGNYA PENGARUH MAJAPAHIT DI PULAU TIMOR

SEJARAH KOTA KUPANG : MARET 1812, RESMINYA PENDUDUKAN INGGRIS DI KUPANG

Seri Sejarah Timor : GUBERNUR PALING JENIUS DALAM SEJARAH KUPANG (Bagian I)