Seri Sejarah Timor : GUBERNUR PALING JENIUS DALAM SEJARAH KUPANG (Bagian I)

 

Seri Sejarah Timor :

GUBERNUR PALING JENIUS

DALAM SEJARAH KUPANG

(Bagian I)

Oleh     : Pina Ope Nope

 

 Inilah 8 Gubernur yang Memimpin NTT Sejak 1958 Sampai Sekarang - eNBe  Indonesia

 


 

Awal bulan maret tahun 2023 ini, Gubernur Nusa Tenggara Timur - Viktor Bungtilu Laiskodat menjadi trending topic setelah membuat aturan baru mewajibkan beberapa sekolah di NTT memulai Kegiatan Belajar Mengajar (KMB) jam 5.00 pagi. Sontak saja aturan ini membuat kegemparan baik berupa dukungan maupun kritikan di seluruh jejaring media sosial Tik-tok, Facebook dan lainnya. Terlepas kontoversi yang ditimbulkan oleh keputusan sang-gubernur di tahun 2023, apakah kita pernah bertanya-tanya siapakah Gubernur yang paling jenius dalam Sejarah Kupang yang pada masa kolonial disebut Timor en onderhoorigheden?.

Sebetulnya saya berkesimpulan bahwa jabatan Gubernur ini sudah ada sejak tahun 1646 dan jabatan ini sempat kosong pada saat pecah perang dunia kedua dan terulang kembali setelah bubarnya Negara Indonesia Timur (NIT).  Pada tahun 1942 hingga tahun 1945 jabatan Gubernur ini ditiadakan oleh Jepang sebab kota Kupang di duduki oleh Jepang. Setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua yang ditandai dengan kekalahan Jepang, maka Negara Indonesia Timur di deklarasikan di Bali dengan Presiden pertama yaitu Tjokorda Gde Raka Soekawati yang terdiri dari 13 daerah Otonomi termasuk diantaranya yaitu Timor dan kepulauannya.

Cornelis Woutherus Schüller ditunjuk untuk menjabat sebagai Gubernur Kupang sejak bulan Agustus tahun 1945 hingga tahun 1948 yang kemudian C.W Schüller digantikan lagi oleh seorang pejabat Belanda lainnya bernama A. Verhoef. Verhoef yang menduduki jabatan ini hingga tahun 1949 yaitu tahun dimana bergabungnya NIT (Negara Indonesia Timur) ke dalam Republik Indonesia Serikat (RIS) pasca perjanjian Konferensi Meja Bundar.

Dengan bergantinya resim pemerintahan NIT ke resim Republik Indonesia maka susunan pemerintahan ini menyesuaikan dengan konsep pemerintahan Republik Indonesia sehingga gubernur yang diakui adalah Gubernur Sunda Kecil yaitu Susanto Tirtoprodjo yang berpusat di Denpasar dan bertugas mulai 16 oktober 1950 (dua bulan setelah RIS dibubarkan).

Delapan tahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1958, Provinsi Sunda Kecil dipecah kembali menjadi Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.  Sebagai Pejabat Sementara Gubernur Nusa Tenggara Timur, maka ditunjuklah William Johanes Lalamentik yang bertugas secara resmi pada 20 Desember 1958 sampai tahun 1966 dan berkedudukan di Kupang. Demikian jabatan gubernur ini diteruskan hingga sekarang dan kini dijabat oleh Viktor Bungtilu Laiskodat. Namun tahukah anda bagaimana perjalanan jabatan ini sehingga bisa sampai sekarang ini?. Mari kita mengulik sejarahnya.

 

Dari Solor ke Kupang

Pada tahun 1613, setelah benteng Portugis di Solor berhasil direbut oleh VOC Belanda, maka dimulailah ekspansi VOC Belanda di kawasan Nusa Tenggara Timur ini. Namun Belanda belum memiliki pijakan yang kuat di Timor dan pulau lainnya selain Rote dan Solor sebuah pulau kecil di utara pulau Timor. Hendrick Hendricksz van Oldenburgh ditunjuk sebagai Opperhofd yang berkedudukan di Solor dari Pebruari 1646 sampai tahun 1648. Jabatan Opperhofd inilah yang boleh kita sebut sebagai cikal bakal jabatan Gubernur. Jabatan ini lalu diteruskan lagi oleh Hendrick ter Horst sampai tahun 1654, lalu digantikan oleh Jacob Verheyden.

Pada tahun 1653 di Timor telah timbul konflik antara raja Amabi, raja liurai Sonbai dan raja Kupang dengan orang-orang Portugis. Raja Kupang mengusir biarawan Portugis dari Kupang lalu mengundang orang-orang Belanda dari Solor untuk menempati benteng Portugis yang ditinggalkan tersebut. Benteng ini kemudian dinamai Fort Concordia. Namun demikian kedudukan Opperhofd tetap berada di Solor bukan di Kupang.

Buntut dari persoalan ini, maka pada tahun 1655 raja Amabi dan raja (liurai) Sonbai mengirim pesan ke Opperhofd Jacob Verheyden di Solor untuk membantu mereka berperang di pedalaman Timor melawan Portugis dan kerajaan-kerajaan sekutu-sekutunya yaitu : Amanuban, Amarasi dan Amakono (salah satu bagian Sonbai yang ingin melepaskan diri). Jacob Verheyden muncul di perairan teluk Kupang dengan tampilan yang mengesankan yaitu menembakkan meriam dari kapal-kapalnya sebagai penghormatan kepada raja-raja ini.

Demikianlah kemudian perjanjian antara VOC-Amabi dan Sonbai dibuat dan ditandatangani pada tanggal 2 juli 1655. Perjanjian ini berisi 7 paragraf yang memuat tentang hal-hal yang akan menguntungkan semua pihak. Verheyden merasa yakin bahwa petualangan kali ini akan menjadi katalisator bagi VOC untuk menguasai tanah-tanah di Timor dan mengusir semua musuh mereka yaitu Portugis dan menundukan raja-raja di pedalaman terutama Amanuban dan Amarasi.

Verheyden tahu bahwa di pulau Timor ada komunitas Topas atau Portugis Hitam yang sangat kuat dan berpengaruh diantara orang-orang Timor namun ia yakin bahwa kekuasaan liurai Sonbai yang sangat besar itu akan cukup membantu upaya Verheyden. Orang-orang Topas atau Portugis Hitam adalah satu komunitas orang Portugis campuran yang sangat kuat dibawah pimpinan keluarga Da Costa dan De Hornay.

Dalam sebuah pertempuran jarak dekat, Verheyden harus membayar mahal perang ini dengan nyawanya sendiri ketika berhadapan dengan Gonsalvo de Hornay. Akibat kematian Verheyden ini, maka Cornelis Ockerz ditunjuk sebagai pejabat sementara sampai Hendrick ter Horst mengambil alih jabatan ini sampai tahun 1659.

Gubernur Jenderal di Batavia berusaha untuk menutupi kerugian ini sehingga satu tahun berikutnya (1657) mengutus salah satu bintang yang bersinar yaitu Arnold de Vlamingh van Outshoorn. Outshoorn adalah Gubernur Maluku yang baru saja berhasil menyelesaikan perang Maluku (perang Hoamoal). Outshoorn dipercaya akan mampu menangani Portugis dan raja-raja sekutunya yaitu Amanuban dan Amarasi. Namun naas bagi Vlamingh van Outshoorn, dia juga dikalahkan ketika baru saja memulai ekspedisi militernya yang pertama di wilayah Amarasi. Dengan nada sedih dan marah, Vlamingh van Outshoorn menulis dalam laporannya bahwa perang di Timor ini tidak membawa keuntungan apa-apa bagi kompeni.

Outshoorn lalu menyarankan agar VOC berdamai dengan raja-raja Timor dan melakukan kontrak dagang dengan Portugis sebagai mitra. Ia juga menyarankan agar benteng di Solor dipindahkan saja ke pulau Rote, sebuah pulau yang lebih dekat dengan Kupang dan sudah lama menjadi penopang bagi Belanda serta memberi banyak kontribusi bagi Belanda di kawasan ini.

Untuk saran Vlamingh van Outshoorn tentang perdamaian, tidak diterima oleh Batavia. Namun mengenai usul pemindahan pusat kekuatan Belanda dari Solor ke Rote itu dianggap masuk akal dan Gubernur Jenderal di Batavia memerintahkan pemindahan ini pada satu tahun berikutnya yaitu tahun 1657. Alih-alih di pindahkan ke pulau Rote, ternyata seluruh kekuatan Belanda dipusatkan di Kupang dan sejak itu Kupang menjadi pusat kekuatan Belanda dan merupakan tempat kedudukan Gubernur Kupang.

 

Kekuasaan terbatas dan keajaiban

Perang yang dihadapi aliansi VOC-Amabi-Sonbai ini sudah berjalan dua tahun lamanya  dengan hasil yang buruk. Pada tahun 1657 perang ini telah mencapai Gunung Mollo dan kekalahan aliansi ini semakin jelas. Sersan Lembrect Heycman beserta 42 kompinya akhirnya melarikan diri dari medan tempur manakala pasukan Amanuban dan Portugis berhasil mengepung benteng di gunung Mollo yang mengakibatkan kematian raja Amabi. Kekalahan ini mengakibatkan meluasnya perang sehingga eksodusnya penduduk Amabi dan sebagian penduduk Sonbai satu tahun berikutnya (1658) yang kemudian membentuk dua komunitas di Kupang yang disebut Kerajaan Sonbai Kecil dan Amabi di Kupang.

Dengan berakhirnya perang Gunung Mollo (Battle of Gunung Mollo), maka Belanda menyadari bahwa pedalaman Timor masih belum aman bagi mereka. Bukan hanya Belanda yang dirugikan, ternyata pertempuran ini menaikkan reputasi pemimpin Topas sehingga Topas melakukan perlawanan juga terhadap Potugis putih di Lifau-Oekusi.

Pemimpin Topas berhasil mengkonsolidasikan kerajaan-kerajaan di pedalaman untuk bebas dan merdeka dari pengaruh Belanda dan juga Portugis. Kerajaan-kerajaan ini yaitu Amanuban, Amfuang (Timau), Amarasi, Sonbai Besar dan Wewiku Wehali. Kekalahan ini juga mengakibatkan Belanda hanya berkutat di kantung kecil kota Kupang dan berada dibawah perlindungan raja Kupang, raja Amabi dan raja Sonbai Kecil. Beberapa tahun kemudian bergabung yaitu dua kerajaan lainnya Taebenu dan Amfuang Maniki.  

Akhirnya para Opperhofd atau Gubernur di Kupang tinggal dan bertugas disini secara silih berganti dalam keadaan tertekan akibat sering diserang oleh Topas dan kerajaan-kerajaan sekutunya. Tampaknya Belanda hanya menunggu keajaiban untuk bisa bebas dari terror ini.

Keajaiban bagi Belanda akhirnya datang juga pada tahun 1749 manakala terjadinya perpecahan antara Topas dan kerajaan-kerajaan sekutunya yaitu Amfuang Timau, Sonbai Besar dan Amanuban yang kemudian telah mengakibatkan perang besar di Penfui tahun itu juga.

Perang Penfui tahun 1749 merupakan keajaiban bagi Belanda sebab kerajaan-kerajaan yang tadinya merupakan sekutu terdekat Topas telah berubah menjadi sekutu baru Belanda yang juga telah merubah peta kekuatan politik dan militer. Dengan kematian pemimpin Topas Don Gaspar da Costa dalam perang Penfui ini, maka kekuatan Topas berangsur-berangsur berkurang sehingga memberikan keluasan bagi Belanda di Kupang untuk memperluas pengaruhnya. Dari tahun 1659 sampai 1749 (ketika pecah perang Penfui) tercatat ada 41 (empat puluh satu) Gubernur atau Opperhofd yang memimpin kota Kupang.

 

Efek Paravicini

Pada tahun 1756, Johannes Andreas Paravicini sebagai Komisioner yang hanya bertugas selama 5 (lima) bulan dari maret 1756 – agustus 1756 berhasil merangkul seluruh bekas sekutu-sekutu Topas di hampir seluruh pulau Timor kecuali Oekusi dan daerah yang dikuasai Portugis. Paravicini mengikat raja-raja Timor, Rote, Sabu, Sumba dan Ende dan kerajaan-kerajaan di Flores dalam sebuah perjanjian yang kemudian hari dikenal sebagai Kontrak Paravicini.

Kontrak ini berisi perjanjian bahwa VOC Belanda merupakan satu-satunya pengepul komoditi lokal berupa Cendana, lilin, budak, cangkang kura-kura dan komoditi lainnya. Sebaliknya para raja yang mengikatkan diri dalam kontrak ini memperoleh jaminan dari sang Gubernur bahwa VOC Belanda tidak akan langsung membeli hasil bumi dari masyarakat tetapi melalui struktur pemerintahan kerajaan. Siapa saja pejabat Belanda dari yang pangkat terendah sampai tertinggi yang kedapatan telah memeras rakyat kecil akan dihukum seberat-beratnya.

Begitu juga raja-raja sekutu mendapat jaminan dari Gubernur bahwa mereka akan mendapatkan barang-barang import dari Kupang dengan harga miring. Intinya kontrak ini menguntungkan kedua belah pihak. Boleh dikatakan Paravicini merupakan salah satu Gubernur yang cukup pintar dan luwes serta jenius dalam mengkonsolodasikan kekuatan Belanda di Timor dan pulau-pulau sekitarnya.

Begitu juga dengan berakhirnya perang Penfui ini juga memberi angin baru bagi kedamaian kota Kupang yang tidak pernah terjadi selama 100 tahun sebelumnya. Bahkan kerajaan-kerajaan yang tadinya musuh Belanda yaitu Amanuban, Sonbai Besar, Amfuang dan Amarasi menjadi cukup dekat dengan Belanda. Dalam beberapa ekspedisi militer baik di Noemuti dan Belu, pihak Belanda bahkan meminta bantuan militer dari Amanuban dan ekspedisi militer ini sukses besar.

Bahkan ketika pendeta Siljma dari Banda membaptis putra raja Amanuban bernama Jacobus Albertus (Kobis) maka Gubernur saat itu Willem Adrian van Este menjadi ayah rohaninya. Begitu juga dengan putra raja Sonbai bernama Alphonsus Adrianus atau Kau Sonbai yang bertumbuh besar dibawah pengawasan di rumah sang Gubernur Willem Adrian van Este.

Bahkan situasi yang menguntungkan ini membuat Opperhofd Hans Albert vo Pluskow mulai memiliki keberanian untuk mencapai daerah-daerah yang dikuasai Topas namun naas bagi Pluskow dia dikepung dan tewas di tangan Francisco de Hornay dan Antonio da Costa pada tahun 1761. Nampaknya Topas masih memiliki kekuatan untuk melakukan perlawanan. Dari sini akhirnya kita mengenal dua Gubenur yang gegabah dalam sejarah pertempuran di pulau Timor yaitu Jacob Verheyden (mati 1655) dan Hans Albert von Pluskow (mati 1761).

 

 Kekacauan

Namun perdamaian antara Belanda dengan Amanuban ini tidak berlangsung lama manakala tahun 1770 pada masa Gubernur Alexander Cornabé, Louis Nope I meninggal dan Cornabé mencampuri urusan suksesi Amanuban dengan mengakui putra Louis yaitu Jacobus Albertus (Kobis) sebagai raja Amanuban, maka sepupu Kobis bernama Tubani Nope menolak penobatan ini sebaliknya menyatakan dirinya sebagai raja. Perang antara faksi Tubani dan faksi Kobis yang didukung Belanda berjalan kurang lebih selama 8 tahun hingga faksi Tubani muncul sebagai pemenang dan dianggap oleh rakyat sebagai raja Amanuban. Sejak itu permusuhan antara Belanda yang telah mendukung Kobis dengan Amanuban dimulai kembali dan perang ini memuncak pada saat Louis II putra Tubani menjadi raja Amanuban.

Pada tahun 1790an terlihat jelas VOC mengalami krisis keuangan yang akut namun keadaan politikpun tidak semakin baik. Pada tahun 1792, Liurai Sonbai Alphonsus Adrianus campur tangan dalam masalah suksesi di Amabi (sekutu setia Belanda) dan ia menghancurkan wilayah itu. Gubernur  Kupang saat itu adalah Timoteus Wanjon (memerintah dari tahun 1789-1797).

Masa-masa ini menjadi salah satu periode yang sulit bagi Belanda bahkan menjadi lebih sulit lagi sebab bukan saja Amanuban telah bangkit menjadi kerajaan yang memusuhi Belanda namun juga Liurai Sonbai Alphonsus Adrianus atau Kau Sonbai telah menunjukan gejala pemberontakan. Kau Sonbai menyerbu kerajaan-kerajaan sekutu setia Belanda dan menjarah raja-raja ini dan Belanda berupaya untuk menindak tindakan ini namun di satu sisi mereka kebingungan sebab Kau Sonbai juga mengirim sebagian hasil jarahan ini ke Kupang. Namun demikian, Kau Sonbai menolak untuk muncul di Kupang untuk alasan apapun juga. Kau Sonbai memerangi raja Kupang salah satu sekutu Belanda dan perang ini menghabiskan biaya hidup sang raja Kupang, Kolang Tepak.

Di satu sisi, secara diam-diam Kau Sonbai membeli senjata-senjata api dari para pedagang Portugis di  Noemuti. Transaksi ini tentu saja ini merisaukan Belanda sebagai bagian dari upaya pemberontakan Sonbai dan tentu saja tindakan sang-Liurai ini membuat pihak Gubernur Belanda bersurat ke pihak Portugis di Oekusi dalam bahasa yang cukup tegas yang hampir saja mengadu domba kedua kekuatan Kolonial ini dalam sebuah konfrontasi bersenjata.

Selanjutnya untuk memperbaiki kesalahannya, Van Este mengambil tindakan. Ia mengumumkan akan memberi Liurai pengampunan bila sang Kaisar ini menyerah. Ia juga
melaporkan ke Batavia bahwa semua yang ada di Timor dalam keadaan baik-baik dan berada di bawah kendali. Namun, ini tidak sepenuhnya benar. Sang Kaisar Sonbai besar tetap merupakan domain otonom yang mengatur urusannya sendiri dan Kau Sonbai atau Alphonsus Adrianus tidak pernah dihukum dan dia terus tinggal di benteng batunya di benteng Nefo dan menjadi penguasa yang dihormati hingga kematiannya di tahun 1802.

Pada saat yang sama, di Maubara (sekarang di perbatasan Timor Leste) tetap ingin menjadi bagian dari VOC namun mereka berada dibawah tekanan dari Oekusi (keluarga da Hornay) dan Ambeno dan kali ini Wanjon bereaksi dengan cepat. Saat itu memang reputasi Kau Sonbai berada di puncaknya dan Wanjon mau tidak mau harus meminta bantuan kepada sang-Liurai untuk campur tangan di Maubara dengan syarat tidak boleh diketahui oleh Portugis. Kau Sonbai melakukannya dengan sukses namun dia tetap merupakan raja yang independen. Sedangkan  sikap Wanjon ini patut dicela sebab dia dengan liciknya menggunakan penguasa yang sama yang baru saja menghancurkan tanah milik sekutu Belanda juga sekaligus untuk menyelesaikan masalah yang timbul bagi VOC Belanda. Saya menganggap Thimoteus Wanjon adalah seorang gubernur yang licik dalam sejarah Kupang.

 

VOC bangkut dan era Hazaart

Pada tahun 1797 Inggris dibawah komando Letnan Frost mengancam untuk menduduki Kupang dan saat itu wakil Gubernur dari Wanjon adalah seorang koboi koruptif bernama Carel Gratus Greving. Ada perbedaan pendapat antara Wanjon dan Greving terkait serangan ini.  Wanjon menginginkan agar mereka menyerah secara damai sedangkan Greving menginginkan agar mereka melawan. Wanjon mendapat dukungan dan kapitulasi atas kota Kupang dilakukan secara damai. Namun Greving berhasil memprovokasi sekelompok orang dari pedalaman (wilayah Amabi) yang turun dan membantai pasukan Inggris yang sedang berjalan-jalan di kota Kupang.  Kepala para prajurit Inggris ini dibawa ke padalaman.

Pasukan Inggris akhirnya meninggalkan Kupang dengan rasa kecewa, takut dan gempar. Tindakan ini menjadikan Greving seorang pahlawan dan dia dielu-elukan ketika dia mucul di Batavia. Namun sebetulnya tindakan Greving ini didorong oleh niatnya untuk menyembunyikan tindakan-tindakan korupsinya yang dikhawatirkan akan diketahui oleh pihak pemerintah Inggris apabila berhasil memeriksa administrasi koloni di Kupang. Atas jasa Greving ini, maka dia diangkat menjadi Gubernur menggantikan Wanjon.

Pada masa-masa akhir tahun 1790an para gubernur-gubernur dan pejabat Hindia Belanda tidak terkecuali di Kupang hidup dalam intrik-intrik koruptif yang memberi andil bangkrutnya VOC di tahun 1799. Pada tahun 1800 seluruh aset VOC diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Jabatan Gubernur ini disebut Residen.

Sejak tahun 1800 pemimpin Kupang mengalami pergantian yang cepat, sebagian besar tampaknya tidak kompeten, koruptif, atau tidak memiliki kemauan yang baik, tidak serius dan lamban. Akhirnya direktur Keuangan, Vekens, memberi masukan dan merekomendasikan Jacobus Arnoldus Hazaart untuk mengisi jabatan itu kepada Gubernur Jenderal di Batavia Herman Willem Daendels. Hazaart adalah seorang pedagang dan mantan letnan pada salah satu dari kapal VOC. Ia dianggap berkompeten untuk memecahkan kesulitan ini dan cocok untuk memimpin. Hazaart mengambil alih pos di Kupang sebagai Residen pada tahun 1809.

Pilihan  Vekens memang sangat tepat dan kemudian Hazaart akan dikenang sebagai seorang Gubernur yang paling jenius dalam sejarah Kupang. Bahkan untuk prestasinya, dia menduduki jabatan ini sebanyak 3 kali dan paling lama dalam sejarah yaitu selama 20 Tahun dan melewati dua kali perpindahan kekuasan baik dari Belanda ke Inggris lalu kembali ke Belanda dan menjabat sebagai Gubenur dan meninggal dalam jabatannya di tahun 1832. Banyak prestasi Hazaart yang sangat berarti bagi perkembangan pemerintahan Belanda yang di kemudian hari sangat bermanfaat sehingga sebagian besar wilayah Timor Barat dan Atapupu bisa menjadi bagian dari Republik Indonesia di masa kini. Mungkin bisa saja dikaji tentang perannya ini dan mungkin saja dia layak mendapat predikat pahlawan Nasional mengingat jasa-jasanya ini.

Begitu juga Hazaart adalah Gubernur yang berhasil mempersatukan raja-raja Timor, Rote, Sabu, Solor dan raja-raja lainnya menjadi satu kesatuan untuk melawan musuh Belanda yang paling sengit yaitu raja Amanuban Louis Nope putra Tubani. Bahkan dalam satu waktu Hazaart berhasil menyatukan gabungan pasukan raja-raja ini menjadi berjumlah 12.000 orang untuk melawan raja pemberontak dari Amanuban ini yang hanya diperkuat 6.000 pasukan saja. Hal ini jelas tindakan Hazaart dapat dibenarkan sebab dalam beberapa suratnya ke Gubernur Jenderal di Batavia dia menyebut Louis dari Amanuban adalah musuh yang paling membahayakan bagi kekuasaan Belanda. Begitu juga orang-orang Amanuban menilai bahwa Hazaart adalah seorang pejabat Belanda yang paling jenius dalam sejarah Kupang.

Kejeniusan-kejeniusan Hazaart akan kita baca pada bagian II tulisan ini yang akan saya liris kemudian…

(Bersambung bagian II)

Komentar

  1. Mantapppp tulisan yang baik memuat sejarah yg hampiŕ dilupakan generasi sekarang.

    BalasHapus
  2. Bagus kajian sejarahnya hanya saja saya blm temukan korelasi si Jenius Gubernur Hazzart dgn Tampilan Foto Gubernur VBL. Mudah2an dibagian II bisa diperjelas. Terima kasih

    BalasHapus
  3. Terimaksh sy sangat setuju kita kmbli bongkar sejarah apa adax dan mengambil hikmah untuk kmbli pada kebenaran asal mulacx yg jelas dan terang benderang bgi kita dan generasi atoin meto tahu juga secara tertulis jangan tutur atau cerita lisan lisan bisa takor dan terlupakn

    BalasHapus
  4. Sangat menarik untuk hari ini saya ketahui bahwa orang pertama yang dibabtis untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat adalah Putra Raja Amanuban. Sehingga itu membawa dampak yang luar biasa dalam pertumbuhan iman kepercayaan orang -orang yang yang ada dalam kekuasaannya, sehingga Terang itu masih berdiri dan unggul samapai saat ini.

    Itu berarti pertama kali sejarah berdirinya Gereja di Amanuban itu karena dibabtisnya Putra Raja Amanuban, kira -kira seperti itu ya?🙏🏻

    BalasHapus
  5. Kajian yang menarik. Saya penasaran mengapa kejeniusan gubernur yang diangkat. Sedangkan dalam isi kajian terlihat ketamakan dan kerakusan serta aksi politik yang terjadi dalam sejarah.

    Keren usi 👏

    BalasHapus
  6. Semoga mengulas lebih dalam tentang kejayaan Lifau di Oekusi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TIMOR : KISAH HILANGNYA PENGARUH MAJAPAHIT DI PULAU TIMOR

ANAK KANDUNG ATOIN METO' DALAM DUNIA POLITIK NASIONAL