KISAH KOTA KUPANG, PERTARUNGAN ALA REMBO PADA SAAT PENDUDUKAN INGGRIS

SEJARAH TIMOR : KISAH KOTA KUPANG, PENDUDUKAN INGGRIS 
TAHUN 1797 s/d TAHUN 1816
PERTARUNGAN ALA RAMBO DALAM PEREBUTAN KOTA KUPANG


Thomas Stamford B. Raffles





Kota Kupang 
dan dermaga Kupang Tempo dulu


Tulisan ini hanya bagian kecil dari buku “Konflik Politik Di Timor Tahun 1600-1800an- Perjalanan Amanuban Menentang Hegemoni Bangsa Eropa Atas Timor Tahun 1600-1800an”.

Untuk membaca tema-tema lainnya pada BLOG ini silahkan Klik tombol tulisan SEJARAH TIMOR DAN DUNIA diatas tulisan ini lalu pilih postingan/ topik seru yang menarik lainnya.


Siapakah yang tidak mengenal Sir Thomas Stamford B. Raffles?. Ia adalah orang Inggris yang paling terkenal dalam sejarah sejarah Indonesia. Ia dikenal sebagai Letnan Gubernur di Jawa (Hindia Belanda) ketika Kerajaan Inggris menguasai Hindia Belanda dan dialah dianggap sebagai pendiri kota Singapura juga sebagai penemu bunga bangkai di Indonesia dan dari namanya inilah Rafflesia Arnoldi bunga ini dinamakan.
Namun banyak orang yang tidak mengetahui tentang pendudukan oleh Inggris ini atas wilayah Hindia Belanda yang kemudian dikenal sebagai Indonesia itu terjadi sebanyak dua periode pendek di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Hal ini dilakukan oleh Inggris sebagai akibat dari perang Inggris melawan Perancis. Pada akhir abad 18 di daratan Eropa, negara Prancis adalah salah satu Negara yang kuat di Eropa. Pada tahun 1789-1799 Napoleon Bonaparte adalah seorang Jenderal Prancis yang sangat populer di negaranya dan ia ditunjuk sebagai Konsul utama. Napoleon mulai membangun kekuatan militernya untuk memulai kekaisarannya. Ia sebagai pemimpin Prancis dan mulai mengendalikan Prancis, Belanda dan Italia namun ambisinya untuk membangun kekaisarannya di seluruh dunia ditentang oleh kerajaan Inggris, Austria, Russia dan Prusia. Perang mulai berkecamuk di Eropa dan wilayah-wilayah yang dikuasai oleh negara-negara tersebut diatas menjadi terbuka untuk diduduki oleh kedua sekutu yang berseteru ini termasuk Hindia Belanda dan tentu saja tidak terkecuali Kupang di pulau Timor.

Pendudukan pertama atas hindia belanda terjadi pada 1795-1797 setelah rezim pro-Perancis didirikan di Belanda. Setelah perdamaian dideklarasikan pada 1802 maka wilayah pendudukan Inggris dikembalikan lagi ke Belanda. Namun permusuhan berlanjut saat Belanda diambil alih oleh Perancis pada tahun 1810, Inggris sekali lagi bergerak ke Hindia Belanda. Menyusul kekalahan Prancis di Eropa, maka wilayah Belanda dikembalikan sekali lagi pada tahun 1816.

Pendudukan Inggris di Kupang - pertarungan fase pertama
           Biasanya membahas sejarah kota kita atau kampung kita kadang sangat membosankan karena itu-itu saja dan berada dalam kisah yang bias. Namun dalam tulisan ini saya menyarankan anda untuk memperbaiki tempat duduk anda dan menajamkan penglihatan dan pikiran anda untuk membaca artikel ini sebab proses pendudukan Inggris di Kupang benar-benar menegangkan dan sangat unik dari pada proses pendudukan Inggris di kota-kota lain di seluruh Indonesia sebab disini mereka bertarung dengan orang-orang pribumi seperti Rembo di film-film Box Ofice.

         Pada kenyataannya proses interegnum Inggris atas Kupang yang terjadi dalam tiga fase, namun pendudukan atas Kupang akan menjadi perhatian tersendiri selain karena unik juga benar-benar berbeda dengan situasi yang dialami oleh wilayah-wilayah lainnya di Nusantara.

Fase pertama yakni pada tahun 1797. Sebenarnya pendudukan Inggris atas wilayah Hindia Belanda di beberapa kota seluruh Indonesia ini dimulai pada tahun 1797 dan ternyata tanpa perlawanan yang berarti. Disebutkan bahwa Malaka, Padang, Banda dan Ambon diduduki Inggris hanya dengan sedikit perlawanan dan diduduki dengan mudah. Ternate bertahan selama beberapa tahun namun akhirnya menyerah juga pada tahun 1801, namun Kupang tidak semudah itu. Satu-satunya Pos Belanda di wilayah Nusantara ini yang berhasil menggagalkan pendudukan Inggris adalah Kupang.

Gagalnya pendudukan yang pertama adalah atas peran Greeving orang kedua dibawah Timoteus Wanjon (sebagai Opperhoofd di Kupang saat itu). Sebenarnya Wanjon sebagai pemimpin menginginkan kapitulasi secara damai dengan pihak Inggris namun Greeving memilih untuk melawan. Karena dua perbedaan ini, maka Wanjon lalu mengambil keputusan untuk membuat selembar kertas pada salah satu sisinya ia menulis “Kapituleren (Kapitulasi)” dan sisi lainnya di tulis “Vechten (Bertempur)” untuk voting apakah mereka akan memilih “Kapitulasi” ataukah “Bertempur” dan ternyata hanya Greeving sajalah satu-satunya orang Belanda yang memilih untuk bertempur melawan Inggris sedangkan penduduk Eropa lainnya memilih untuk menyerah kepada pihak Inggris.

Akhirnya pada tanggal 10 Juni 1797 Kupang menyerah kepada Inggris. Menurut laporan Inggris bahwa pendudukan Inggris ini hanya oleh sekelompok pasukan Garnisun yang kebanyakan diantara mereka adalah orang India dibawah komando Sersan Frost. Heijmering yang dikutip oleh Steven Farram menyebutkan bahwa di saat Kupang menyerah, semuanya dalam keadaan damai sehingga para perwira dan serdadu Inggris berjalan-jalan di tengah kota namun secara diam-diam Greeving membujuk orang-orang Mardijkers dan sejumlah orang Timor dari distrik sekitarnya.

Lalu orang-orang yang dipengaruhi Greeving ini menyerang dan membunuh orang-orang Inggris. Satu kompi orang-orang Timor dari pedalaman yang tidak dikenal (kemungkinan mungkin orang-orang dari kerajaan Amabi) ini turun ke pemukiman bertempur dengan berani dan dalam jarak dekat dan membunuh tentara Inggris di hadapan pemimpin mereka dan masyarakat kota. Kepala mereka yang terputus ini lalu dibawa ke pedalaman dan hanya segelintir tentara Inggris yang ketakutan ini mampu mencapai kapal mereka dalam keadaan selamat (Heimering 1847:200). Menurut laporan Inggris bahwa penyerangan ini adalah bagian dari konspirasi Belanda namun menurut Heijmering yang adalah seorang pendeta di Timor pada waktu itu menyebutkan bahwa ini ulah Greeving seorang.

Wanjon melarikan diri dari Kupang dan diikuti oleh mayoritas penduduk Eropa. Seradadu Inggris yang tersisa marah lalu membombardir kota dengan meriam dari kapal-kapal mereka. Benteng itu rusak parah, tetapi penduduk Cina paling menderita, karena tempat tinggal mereka secara langsung berbatasan dengan pinggir laut. Setelah itu, Inggris berlayar pergi dan meninggalkan reruntuhan kota Kupang yang berasap dari kejauhan.

Greeving kemudian muncul di Batavia dengan membawa beberapa tawanan serdadu Inggris dan ia dielu-elukan sebagai pahlawan. Namun kisah sebenarnya akhirnya terungkap setelah Wanjon dipanggil untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya dan Wanjon menjelaskan bahwa pengusiran para serdadu Inggris sebenarnya dilakukan oleh orang-orang Pribumi dan bukan Greeving seorang. Sedangkan di pihak Inggris mereka menyebutkan bahwa mereka kehilangan lima belas serdadu dan beberapa orang pelaut dalam pertempuran jarak dekat yang mematikan sehingga mereka harus berdiri berdampingan secara rapat (pada saat itu cara bertempur seperti disebut dengan istilah Mêlée).

Penunjukan Jacobus Arnoldus Hazaart, si-Coklat Jenius
Setelah tahun 1797 yaitu pendudukan Inggris yang singkat ini, Kupang mengalami pergantian pemimpin yang cepat, yang sebagian besar tampaknya tidak kompeten, korup, atau tidak memiliki kemauan yang baik. Akhirnya direktur Keuangan, Vekens, memberi masukan dan merekomendasikan Jacobus Arnoldus Hazaart untuk mengisi jabatan itu kepada Gubernur Jenderal di Batavia Herman Willem Daendels. Hazaart adalah  seorang pedagang dan mantan letnan pada salah satu dari kapal VOC. Ia dianggap berkompeten untuk memecahkan kesulitan ini dan dianggap cocok untuk memimpin (Heijmering 1847: 204-5). Heijmering menyatakan bahwa Hazaart mengambil alih pos di Kupang sebagai Resident pada tahun 1809. Hazaart merupakan penduduk asli Kupang keturunan. ‘lelaki berwarna' (berkulit coklat), kata P.J. Veth (1855: 83) dan ketika itu ia masih berusia 37 tahun.
Hazaart sangat terlihat memiliki sikap anti Kerajaan Amanuban sebagai salah satu keluhannya dalam laporannya yang mengatakan bahwa Raja Amanuban Don Louis Nope (Don Louis Nuban) yang nama Atoninya adalah Kusa Nope disebut oleh Hazaart sebagai orang yang "sangat berbahaya” bagi kekuasaan Belanda. Louis Nope naik tahta menggantikan ayahnya Tubani Nope sekitar tahun 1802. Hazaart adalah seorang pemimpin yang jenius dan ia mampu mengelola situasi yang sulit sekalipun sehingga menguntungkan pihak Eropa. Ia adalah Resident yang berhasil menduduki Atapupu, sebuah kota pelabuhan di utara pulau Timor pada tahun 1819 dan usaha Hazaart ini sangat menguntungkan kedudukan Belanda atas Timor.
Pada Tahun 1820-1822 ia melakukan penyerangan ke Niki-Niki, ibukota Amanuban dan ini merupakan invasi Belanda untuk pertama kalinya ke Amanuban setelah kekalahan Belanda dari Amanuban 150 tahun sebelumnya di Gunung Mollo. Namun sayangnya usaha Hazaart untuk menaklukan Amanuban gagal dan kegagalan ini membuatnya putus asa. Pada tahun 1838 ia berlayar ke Sumba untuk melakukan sebuah Investigasi atas sebuah insiden dan ketika ia tiba di pulau Sabu dalam perjalanan pulangnya ia meninggal dunia pada 19 desember 1938.

Pertarungan di Kupang fase kedua
Kembali ke Laptop dan topik bahasan semula yakni pendudukan Inggris atas Kupang. Selanjutnya  upaya pendudukan Inggris atas Kupang terjadi untuk kedua kalinya terjadi pada tanggal 8 April 1811 dan kali ini Inggris mengalami kegagalan lagi dan ini adalah keberhasilan Hazaart. Dalam laporannya Hazaart, ia menyatakan bahwa frigat “Phoenix” Inggris di bawah komando Kapten James Bowen (Brown, dalam akun Heijmering) tiba di Kupang pada malam hari tanpa terdeteksi dan mendaratkan pasukan di Namosain, disebelah barat benteng. Pada pukul empat pagi, serdadu Inggris mereka mendarat dan menyerang seorang pria yang bertanya siapa mereka yang kemudian meninggal karena luka-lukanya. Pada pukul 5.00 pagi sekitar seratus tentara Inggris menyerbu benteng tanpa ada perlawanan, karena ketika Inggris memasuki salah satu dinding benteng, penjaga benteng melarikan diri.
Hazaart bertekad untuk tidak menyerahkan Kupang kepada Inggris dengan mudah. Sebelumnya ia telah mendapat kabar bahwa panglima Belanda di Ambon, Kolonel Filz yang menyerahkan Ambon kepada Inggris pada 1810 mendapat hukuman mati oleh Daendels. Oleh karena itu, sementara tentara pendudukan Inggris melakukan penggeledahan, ia mengumpulkan semua prajurit, warga Kupang dan orang Timor setempat untuk melakukan serangan balik yang berhasil mengalahkan Inggris dalam kurun waktu 17 jam kemudian.
Anehnya, Hazaart diam dalam laporannya dan tidak merinci apa yang terjadi selanjutnya, tetapi menurut Heijmering, Hazaart lalu menunggang kuda ke distrik terdekat di Amabi, di mana dia merekrut beberapa ratus orang Timor penembak jitu dan kembali ke Kupang bersama mereka. Selanjutnya ia dan para penembak pribumi ini menempati posisinya dataran tinggi di atas benteng. Pihak Inggris lalu diserang dari belakang batu dan pepohonan dimana Hazaart dan orang-orang yang diminta bantuan oleh Hazaart ini menempati posisi mereka di dataran tinggi di atas banteng, sehingga orang-orang pribumi ini mampu menembak langsung ke dalam banteng tanpa kesulitan.
Lalu orang Inggris panik dan berusaha menyeret beberapa meriam benteng ke jalanan untuk digunakan melawan para penyerbu mereka, tetapi banyak pasukan Inggris yang menyeret meriam ini justru ditembak jatuh. Karena posisi yang sulit untuk diarahkan ke para penyerbu diatas benteng ini, maka mereka dengan menggunakan meriam dari dalam benteng pihak pasukan Inggris justru menyebabkan kerusakan besar ke arah kota, namun akhirnya pihak pasukan  Inggris menyadari bahwa mereka tidak dapat terus bersembunyi di dalam benteng yang terus menerus ditembak Hazaart dan kelompoknya. Untuk menghindari lebih banyak korban, mereka memutuskan untuk mundur.
Pasukan Inggris akhirnya diam-diam meninggalkan Fort Concordia dan kembali lagi ke kapal mereka setelah 17 jam menguasai Benteng. Pasukan Inggris telah menderita kerugian besar, dengan setidaknya dua puluh orang tewas dan delapan orang terluka parah. Tiga lainnya telah ditawan. Heijmering (1847:208) menambahkan bahwa untung bagi Hazaart bahwa Inggris tidak tahu bahwa dia dan anak buahnya hampir menipiskan persediaan bubuk mesiu dan peluru. Hazaart bahkan memerintahkan untuk menempa peluru mereka dari setiap barang yang tersedia, termasuk bingkai jendela dari rumahnya. Sejauh ini Hazaart dan orang-orang Pribumi dari Amabi berhasil mempertahankan Kupang dengan sukses dan untuk itu Hazaart sangat  berterima kasih kepada para penduduk pribumi.




  
Pendudukan Inggris atas kota Kupang pada fase ketiga
Walaupun Hazaart berhasil mengusir Inggris tetapi pada bulan September tahun itu Gubernur Jenderal Belanda Jan Willem Janssens di Jawa menyerah dan melakukan kapitulasi serta menyerahkan pulau Jawa dan pulau-pulau luar Jawa kepada Inggris. Pendudukan Inggris atas Kupang kali ini justru unik dan tidak berdarah-darah seperti yang sebelumnya.
Pada Januari 1812 sebuah kapal Inggris tiba di Timor, dan ternyata kedatangan mereka karena sebuah kejadian yang tak disengaja. Kapten Charles Thruston (Ternton, dalam akun Heijmering) dengan kapal Hesper telah berlayar di Selat Bali dan karena arus dan angin muson akhirnya membawa mereka ke Timor dan muncul di perairan Kupang.
Ketika melihat warna bendera Belanda yang berkibar di atas benteng, Thruston mengirim seorang petugas ke darat untuk menginformasikan kepada 'gubernur' perihal kapitulasi yang telah terjadi di Batavia untuk seluruh Hindia Belanda dan untuk itu ia menuntut Bendera Inggris menggantikan bendera Belanda. Thruston mengancam untuk menyerang pemukiman jika dia tidak mendapatkan jawaban yang menguntungkan dalam waktu sepuluh menit. Sebenarnya ini hanyalah sebuah gertakan, sebab kebanyakan dari anak buah Thruston saat itu sedang mengalami sakit dan tidak dapat berbuat banyak untuk sebuah pertempuran.
Walaupun Hazaart yang nampak ragu-ragu untuk menjawab atas informasi ini, namun proses kapitulasi atas Kupang terjadi tanpa berdarah-darah seperti yang sudah-sudah walaupun ada sedikit pertikaian antara Hazaart dan Thruston. 
Akhirnya pada tahun itu 1812 kota Kupang berhasil diduduki oleh Inggris dan bertahan hingga tahun 1816. Banyak komandan-komandan dari Inggris yang selama di Kupang mengalami kematian mendadak baik itu karena sakit atau bukan namun pada tahun 1814 akhirnya Hazaart menduduki posisi sebagai kepala benteng di Kupang atas nama Inggris hingga tahun 1816 Inggris menyerahkan kembali Kupang kepada Belanda.

Belanda dan Inggris di Kupang menghadapi serbuan Amanuban
Kerajaan Amanuban sudah sejak lama merupakan musuh Belanda semenjak tahun 1619 ketika opperkoopman Meindert Pietersz dibunuh bersama serdadu-serdadu yang berkunjung ke Amanuban. Permusuhan ini berlanjut hingga kekalahan besar Belanda di Gunung Mollo tahun 1657 (Baca Kisah Supremasi Militer Belanda dipermalukan di Pulau Timor  bagian 3 - https://pinaopenope.blogspot.com/2020/01/kisah-supremasi-militer-belanda_27.html) Walaupun kemudian Amanuban pernah menjadi sekutu VoC setelah perang Penfui tahun 1749, persahabatan Amanuban dengan VoC hanya berlangsung hingga tahun 1770. Tahun selanjutnya, terjadi permusuhan sengit antara kedua kekuatan Politik di pulau Timor ini. Pada tahun 1802, Don Luis Nope II menjadi raja Amanuban menggantikan ayahnya Tubani Nope dan ia melakukan banyak penyerbuan ke Kupang dan pihak Eropa sering mengalami kekalahan. Pada tahun 1814 ketika C.W Knibbe sebagai kepala atas nama Inggris, ia bersama tentara pendudukan Inggris harus berhadapan dengan Amanuban. Knibbe dalam laporannya merincikan beberapa keadaan termasuk para pangeran-pangeran Kupang yang ternyata tidak memberikan uang kepada Pemerintahan Eropa namun sebaliknya meminta dukungan amunisi dan senjata.
Knibbe selanjutnya menyebutkan bahwa permintaan mereka ini untuk melawan raja yang luar biasa memberontak yaitu raja Amanuban yang menurutnya untuk menghadapinya pemerintah Inggris haruslah selalu berhati-hati, namun ia tetap pada kesimpulannya bahwa pemerintah harus mengambil tindakan untuk melawan pangeran pemberontak ini. Akhirnya giliran Inggris untuk menghadapi Amanuban datang juga pada tahun 1814. Pada tahun itu, masuk laporan bahwa angkatan bersenjata Amanuban yang mengesankan berbaris dari Amanuban ke Amabi. Pemerintah pendudukan Inggris di Kupang harus menanggapi, sebuah ekspedisi disiapkan dan mengerahkan meriam-meriam berat dan menggunakan bahan apa pun yang ada di tangan mereka (Veth 1855:57). Sekretaris Curtois memimpin ekspedisi dan ia ditemani oleh J.A Hazaart, tetapi sayangnya hasil dari pertempuran ini tidak menguntungkan bagi pihak Inggris. Sementara itu, datang berita bahwa Burn meninggal mendadak di Kupang dan Curtois dipanggil untuk mengambil alih kepemimpinan di Kupang. Musim hujanpun tiba dan para tentara pribumi yang mendukung Pemerintah Eropa di Kupang harus dilepas untuk mengerjakan ladang jagung mereka. Rupanya situasi ini membuat dilema, sebab Hazaart dan pasukannya harus menghadapi Amanuban sendirian, namun ternyata para pejuang Amanuban untuk saat itu juga mundur ke wilayah mereka sendiri. Tentu saja mereka juga harus pulang untuk mempersiapkan ladang mereka juga dan untuk peristiwa ini orang-orang Eropa dapat bernafas lega (Heijmering 1847: 217).
Pada tahun berikutnya yakni tahun 1815, Amanuban menyerbu Kupang lagi dan untuk menghadapi serbuan Amanuban ini, Inggris dan sekutunya menyiapkan pasukan sebanyak 10.000 orang sedangkan Amanuban dengan percaya diri menyerang dengan kekuatan 6.000 orang, 2.000 orang diantaranya adalah pasukan berkuda yang terlatih (Pasukan Kaveleri) dan mungkin merupakan satu-satunya kerajaan di Nusantara yang memiliki Kaveleri saat itu. Akibat dari serangan Amanuban ini pemerintah Eropa di Kupang kehilangan 60 orang serdadu yang tewas sedangkan di pihak Amanuban hanya 6 orang saja. Tahun berikutnya Kupang harus menghadapi serbuan Amanuban dan sekali lagi keberuntungan orang Eropa tidak lebih baik dari tahun 1815.
Inilah yang membuat Hazaart marah kepada Amanuban dan ketika Inggris menyerahkan kembali Kupang kepada Belanda di tahun 1816, maka Hazaart memimpin pasukannya sebanyak 11.000 untuk menyerbu Niki-Niki sebagai pusat pemerintahan Amanuban di tahun 1820 dan 1822 (perang Boluk) namun dari dua ekspedisi ini Hazaart gagal dan berakhir buruk bagi pasukannya. Raja Bilba (Rote) yakni Saba Theon yang membantu Hazaart dalam penyerbuan ke Niki-Niki berhasil ditawan. Kejadian ini dicatatkan secara sinis oleh pihak Belanda. Ketika pasukan Belanda terdesak dalam pertempuran, komandan mengirim pesan kepada Saba Theon untuk mundur agar mengindari kekalahan namun ia menolak dan ia berkata "Kompeni telah memerintahkan kami datang untuk membunuh orang-orang Amanuban, kami datang bukan untuk dikalahkan". Namun akhirnya Theon berhasil dikalahkan dan dia menyerah di medan perang dengan sejumlah pengikut ditawan oleh pasukan Amanuban. Seorang penulis Belanda berkomentar sinis : "Kematian semacam itu bisa disebut tanpa tujuan;  bukan tanpa kemegahan" tulis mereka.
Demikian Kisah Kota Kupang pada waktu pendudukan Inggris dan atas kesediaan Bapak/ Ibu/ Saudara dan Saudari bersedia meluangkan waktu untuk membaca blog ini saya ucapkan terima kasih dan salam damai sejahtera....
Jangan lupa kunjugi topik-topik lainnya yang menarik di Blok ini dan kalau anda berminat untuk membeli buku KONFLIK POLITIK di TIMOR TAHUN 1600-1800an, anda dapat memesan di Nomor 085239121425, atau kalau anda di area Kupang dapat menghubungi RIKEN DA SILVA 081339151800, IBETH XIMENES 081547836113, GUS NOMLENI 081316761091.
Untuk area SoE dapat mambelinya di Toko ANDA (Pertanahan SoE), Toko SINAR PUTAIN (Depan Toko Mubatar) dan toko buku SOBAT DARI GALILEA di Pasar Inpres SoE.


Klik tombol tulisan SEJARAH TIMOR DAN DUNIA diatas tulisan ini lalu pilih postingan/ topik seru yang menarik lainnya.

Komentar

  1. Terkmakasih untuk cerita...

    BalasHapus
  2. Sama-sama.... untuk lebih banyak tahun silahkan baca tema-tema lain... klik beranda dan pilih topik menarik lainnya yang ingin anda baca untuk menambah wawasan sejarah di pulau Timor

    BalasHapus
  3. Luar biasa kisah ini..Sangat menggugah hati.
    Uisneno nokan kit Nope

    BalasHapus
  4. terimakasih byk bp utk cerita sejarahnya

    BalasHapus
  5. Luar Biasa Nope... Uis Neno Nokan kit

    BalasHapus
  6. Terima kasih atas artikel menarik ini. Saya jadi sedikit tahu sekilas sejarah Kupang. Yang tidak saya dapatkan saat sekolah.
    Sekali lagi, trima kasih, brow

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama..... untuk mengetahui potik lainnya silahkan klik beranda...

      Hapus
  7. Mantap
    Sejarah KUPANG...so amazing ☆

    BalasHapus
  8. Dasar cerita ini di ambil dari mana? Apakah hanya karangan atau dari museum Belanda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    2. Terima kasih... Kisah ini berdasarkan buku berjudul "Jacobus Arnoldus Hazaart and The British interregnum in Netherland Timor, 1812-1816 karya Stefen Farram. Penulisan Farram tentu merujuk pada laporan-laporan Belanda, dari laporan Heijmering yang saat itu bertugas sebagai pendeta di Kupang, juga dari laporan2 Inggris. o... ya mohon identitas/ nama bila masuk dalam blog ini kerena isi blog ini akan diterbitkan dalam bentuk buku sehingga pertanyaan2 harus jelas identitasnya...

      Hapus
  9. o... ya mohon identitas/ nams bila masuk dalam blog ini krna isi blog ini akan diterbitkan dalam bentuk buku sehingga pertanyaan2 harus jelas identitasnya...

    BalasHapus
  10. terima kasih om pina buat informasi ttng sejarah NTT...

    BalasHapus
  11. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon tidak memposting promosi/ iklan judi...

      Hapus
  12. Orang Timor zaman dulu luar biasa perjuanganNya... Bagaimana orang Timor zaman sekarang? Apakah setara dengan orang dulu atau lebih????

    BalasHapus
  13. Orang Timor zaman dulu luar biasa perjuanganNya... Bagaimana orang Timor zaman sekarang? Apakah setara dengan orang dulu atau lebih????

    BalasHapus
  14. Orang Timor zaman dulu luar biasa perjuanganNya... Bagaimana orang Timor zaman sekarang? Apakah setara dengan orang dulu atau lebih????

    BalasHapus
  15. Terima kasih, kisahnya cukup mencerahkan... o Ia... kalau boleh tolong di ulas juga salah satu situs sejarah yang ada di Oe Besi yang katanya ada pohon yang ada kaitannya dengan keluarga kerajaan Inggris. Situs itu sepertinya tidak terawat lagi padahal bisa di jadikan sebagai obyek wisata, sblmnya mohon maaf bi ada salah.TRIMAKASIH.

    BalasHapus
  16. Mantap 👍👍 jadi tambah pengetahuan sejarah tentang Kupang...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TIMOR : KISAH HILANGNYA PENGARUH MAJAPAHIT DI PULAU TIMOR

Seri Sejarah Timor : GUBERNUR PALING JENIUS DALAM SEJARAH KUPANG (Bagian I)

ANAK KANDUNG ATOIN METO' DALAM DUNIA POLITIK NASIONAL