FANU DAN MAJU MUNDUR SUATU BANGSA (Sebuah Perspektif Atoni dalam Kehidupan Sosial)

   


FANU DAN MAJU MUNDUR SUATU BANGSA

Sebuah Perspektif Atoni dalam Kehidupan Sosial

Oleh: Pina Ope Nope

(Tulisan ini merupakan suatu sudut pandang dari Amanuban)

 


  


SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL, manusia terus berkembang dari masa ke masa dan berusaha untuk menemukan formulasi yang tepat tentang kehidupan komunal. Selama ribuan tahun peradaban, pokok-pokok pikiran mengenai penataan kehidupan menjadi perhatian manusia dan pemikiran yang diwariskan dari generasi ke generasi. Berbagai sudut pandang pun lahir dan berkembang, mulai dari pembahasan tentang kehidupan nyata hingga kehidupan spiritual.

Bangsa Yunani kuno misalnya, mereka dikenal sebagai bangsa yang paling banyak menaruh perhatian terhadap konsep-konsep ini. Dalam ranah spiritual, mereka percaya pada Moira (takdir), yaitu keyakinan bahwa nasib dan kehidupan manusia telah ditentukan oleh para dewa. Moira digambarkan sebagai kekuatan yang tidak dapat diubah oleh apa pun, yang mengatur jalannya kehidupan hingga kematian.

Selain kepercayaan pada Moira, bangsa Yunani juga melahirkan tokoh-tokoh besar yang pemikirannya masih dijadikan rujukan hingga kini. Aristoteles (382–322 SM), murid Plato, menekankan bahwa pemikiran yang baik dapat menuntun manusia menuju kebajikan (virtue ethics/etika kebajikan). Menurutnya, hidup yang baik (Eudaimonia, sering diterjemahkan sebagai "kehidupan bermakna") hanya dapat dicapai melalui pengembangan kebajikan moral dan intelektual.

Sebelum Aristoteles, Socrates—guru Plato—mengajarkan bahwa jika manusia benar-benar mengetahui kebaikan yang sejati, maka ia akan mengikutinya. Menurut Socrates, akar dari kejahatan adalah kebodohan atau ketidaktahuan. Sementara itu, Plato menegaskan bahwa pengetahuan (episteme) dan pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk jiwa yang baik.

Tidak hanya bangsa Yunani yang memikirkan kebajikan hidup. Orang Israel, melalui Raja Salomo, meninggalkan banyak gagasan dalam kitab "Amsal" dan "Pengkhotbah". Salah satu contohnya terdapat dalam Amsal 10:8–9: "Siapa bijak hati, memperhatikan perintah-perintah, tetapi siapa bodoh bicaranya, akan jatuh. Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui."

Guru besar dari Tiongkok, Kong Fu Tse (Konfusius), juga mengajarkan banyak hal. Salah satunya adalah konsep Yi (Kebenaran). Yi menekankan pentingnya keadilan, integritas, dan moralitas dalam bertindak. Prinsip ini mengajarkan bahwa seseorang harus melakukan hal yang benar dan adil dalam setiap keadaan, tanpa dipengaruhi kepentingan pribadi atau motif buruk. 

Dengan menjalankan Yi, seseorang dapat membangun kepercayaan, menjaga reputasi, serta meraih kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Yi juga membantu seseorang mengambil keputusan yang adil dalam situasi sulit atau kompleks.

 

Fanu dalam kehidupan

Namun, bukan hanya bangsa Yunani, Israel, dan Tiongkok yang memiliki pandangan mendalam tentang kehidupan. Orang Timor, khususnya bangsa Atoni, juga mempunyai keyakinan yang unik dan sakral mengenai suatu tindakan yang berlandaskan kebenaran. Keyakinan ini menjadi pegangan dalam menghadapi situasi genting maupun konflik, serta diyakini menuntun pada kemenangan.

Keyakinan itu disebut Fanu. Fanu dipahami sebagai sebuah kebenaran mutlak yang lahir dari kemurnian hati dan keyakinan akan tindakan yang diambil. Fanu merupakan jalan akhir dalam mencari solusi atas peristiwa yang sulit dibuktikan kebenarannya dalam perspektif manusia— kebenarannya hanya akan terbukti melalui kemenangan dan kenyataan yang hadir setelah seluruh rangkaian peristiwa.

Tidak jauh berbeda dari pandangan para filsuf besar, Fanu menuntun orang Atoni untuk berpijak pada kebenaran, terutama apabila kebenaran itu diragukan oleh pihak lain. Secara harfiah, Fanu berarti "membersihkan tangan", yang melambangkan kemurnian sebuah tindakan dan kesiapan menerima kenyataan yang akan terjadi. Ini memiliki artian atau perlambang bahwa segala sesuatu berasal dari hati yang bersih dan murni dengan dilandasi ketulusan untuk tetap memegang janji oleh semua pihak yang menyampaikan fanu ini.

Fanu dilanjutkan secara turun temurun untuk menjadi pegangan pengetahuan sehingga suatu hari ketika berperang atau berperkara dapat diperiksa apakah ia berada pada pihak pelanggar janji atau tidak. Fanu di nyatakan melalui “perkataan” yang sakral dan bertuah serta disampaikan dengan keyakinan yang tinggi kepada keluhuran dan kebenaran yang sering juga disebut “Uab Fanu”.

Fanu juga memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi. Uab Fanu adalah suatu hal yang dianggap sakral dan tabu, bukan dalam hal magis dan gelap, namun sangat berpengaruh dalam kehidupan seorang manusia. Bahkan ada semacam kalimat yang sering kita dengar seperti ini : "Atoin Meto' ka namtausan fa sa-sa, in alah namtausnah Fanu" yang artinya "orang Timor tidak takut pada apapun, dia hanya takut kepada Fanu".

Fanu merupakan suatu perkataan yang berlandaskan keluhuran budi pekerti pada tataran “kejujuran dan kebenaran”. Ketika seseorang pergi berperang atau berburu atau mengajukan perkara atau sejenisnya, maka ia akan mengucapkan Fanu terlebih dahulu agar diberikan kemenangan oleh Tuhan Yang Maha Kuat. Namun apabila Fanu-nya itu  “salah” atau bahkan “keliru” misalnya termotivasi oleh tujuan yang jahat atau salah dalam bertindak atau berbohong dalam tutur kata, atau apabila Fanu digunakan untuk mencuri, merampok atau melakukan kesalahan lainnya, maka justru ia akan gagal bahkan dapat berakibat pada kematiannya sendiri.

Itulah sebabnya bagi sebagian sejarahwan dan antropolog tentang Timor seperti Schulte Nordholt mengartikan Fanu ini sebagai "formula perang" yang menentukan kemenangan dan keberhasilan dalam perang atau tindakan lainnya.

            Fanu adalah batu dasar atau pijakan, sebagai suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih yang memperjanjikan sesuatu dengan menyebutkan Uis Neno (penguasa langit). Uis Neno adalah pihak yang merupakan titik tolak dari kebenaran itu sendiri. Uab Fanu dibuat dalam kerangka kata-kata yang sakral dan magis yang berasaskan kejujuran, kebenaran dan ketulusan. Pendeknya Fanu adalah kata-kata bertuah yang lahir dari kemurnian. Itulah sebabnya, seseorang yang mengucapkan Fanu harus datang dari kejujuran hatinya juga harus datang dari kebenaran tindakannya.

Bagaimana fanu dapat begitu mempengaruhi hidup seseorang?. Sebab orang Timor menganggap bahwa Fanu adalah wujud nyata yang dapat dilihat dan disaksikan atau dirasakan seorang manusia berkomunikasi dengan Tuhan Yang Maha Kuasa atau Uis Neno ketika membela atau memperkarakan sesuatu.

         Orang Timor menyadari bahwa ketidak jujuran akan menyulitkan hidup seseorang. Sampai hari ini banyak orang Atoni yang masih mempercayai keampuhan fanu dalam menyelesaikan perbedaan yang tajam tentang suatu persoalan yang rumit.

 

Kebenaran Fanu dalam Alkitab

          Seringkali orang beranggapan bahwa budaya Fanu adalah budaya kafir dan harus di buang jauh-jauh. Saya sebagai orang Timor yang lahir sebagai orang Kristen menyanggah pernyataan ini.  Pada kenyataanya banyak sekali “Fanu”   di dalam alkitab. Salah satu contoh adalah “Fanu” dari Daud kepada raksasa Goliat Filistin dalam pertempuran hidup mati. Fanu ini termuat dalam kitab 1 Samuel 17:45-47 (Terjemahan Baru) :

"Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan perisai, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu". 

 

Akhir dari pertempuran yang cepat, raksasa Goliat justru dikalahkan oleh satu batu kecil dari umban seorang Daud yang masih remaja dan kemerah-merahan. Dalam tradisi Atoin Meto’, perkataan Daud ini adalah Fanu yang sangat sakral dan kuat. Ini adalah salah satu bentuk Fanu yang paling terkenal dan dikutip oleh banyak orang ketika menghadapi suatu persoalan.

Salah satu bentuk Fanu yang paling lengkap dapat kita baca dalam kitab Hakim-Hakim pasal 11 : 12 – 27 bagaimana Yefta mengirim utusan untuk menyampaikan Fanu. Seluruh landasan kebenaran Yefta di paparkan secara rinci dan benar sebagai landasan mulai dari ayat 12 sampai ayat 26, lalu ia menutup penjelasan ini dengan sebuah Fanu :

“Jadi aku tidak bersalah terhadap engkau, tetapi engkau berbuat jahat terhdap aku dengan berperang melawan aku. (Maka) TUHAN, hakim itu, Dialah yang menjadi hakim pada hari ini antara orang Israel dan bani Amon.”


Akhir cerita ini kita ketahui bersama bahwa kemudian Yefta berhasil mengalahkan bani Amon sebagaimana diuraikan pada ayat 33 :

“Ia (Yefta) menimbulkan kekalahan yang amat besar di antara mereka, mulai dari Aroer sampai dekat Minit – dua puluh kota banyaknya-dan sampai ke Abel-Kerarim, sehingga bani Amon itu ditundukan di depan orang Israel.

          Itulah Fanu yang telah saya uraikan seperti tersebut diatas.

 

Fanu Uf dalam kehidupan berbangsa

          Sebagai seorang Kristen dan juga sebagai seorang Timor, kita semua percaya bahwa pemilik Fanu sesunguhnya adalah TUHAN atau Uis Neno. Setiap Fanu yang berasal dari Uis Neno disebut “Faun Uf” atau “Fanu Uf” yang artinya pusat dari segala Fanu.

Salah satu Fanu Uf yang paling terkenal dalam alkitab ada di dalam Kitab Bilangan 24:9 (LAI - Terjemahan Baru) :

"Ia (Israel) menekuk,merebahkan diri seperti singa jantan dan seperti singa betina; siapakah yang berani membangunkannya? Diberkatilah orang yang memberkati engkau (Israel), dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau (Israel)!

 

          Fanu yang di perkatakan oleh Bileam ini dicatat dalam alkitab memang merupakan janji Tuhan kepada leluhur bangsa Israel yaitu Abraham sebagaimana dalam kitab Kejadian 12 ayat 3 : “Aku (Tuhan) akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Ini adalah Fanu Uf yang kemudian menjadi hal milik bangsa Israel secara turun-temurun hingga sekarang.

          Namun benarkah Fanu ini masih berlaku hingga sekarang? Saya sebagai orang Timor percaya bahwa Fanu ini masih berlaku hingga sekarang. Saya berikan contoh Negara Singapura. Apabila kita membuka berita di Google dengan kata kunci SIngapura dan Israel, maka kita akan menemukan bahwa Singapura adalah salah satu Negara yang mendukung Israel dan melakukan banyak kerja sama di berbagai bidang dengan Israel. Walaupun secara resmi Negara ini baru membuka hubungan pada Mei 1969, namun sesungguhnya secara tidak resmi Singapura telah bekerja sama dengan Israel beberapa tahun sebelumnya (Singapura merdeka tahun 1965).

Kalimat Diberkatilah orang yang memberkati engkau (Israel), dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau (Israel)! bisa kita lihat terjadi pada Negara Singapura. Mereka diberkati secara luar biasa dalam hal ekonomi dan kemajuan teknologi. Bahkan mereka adalah Negara yang memberikan hutang terbesar kepada Indonesia.

Menurut media Finansial.com, hutang luar negeri Indonesia mencapai US$427,5 Millyar dan Negara yang paling besar memberi hutang adalah Singapura yaitu : Singapura: US$55,7 miliar dan posisi kedua adalah Amerika Serikat: US$27,60 miliar dan Negara posisi ketiga adalah China: US$23,25. Uniknya Singapura adalah Negara yang tanpa kekayaan alam, bahkan untuk suplai air minum, mereka bahkan membelinya dari Malaysia. Indonesia yang memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah bahkan harus mengimport BBM dari Malaysia. Ini menunjukan bahwa Fanu Uf dari Tuhan sangat nyata.

Yang kedua adalah Amerika Serikat. Kita semua tahu bahwa AS sudah sejak lama bekerja sama dengan Israel dan mendukung mereka. Pembentukan Negara Israel juga tidak lepas dari peran AS. Walupun Negara Israel baru berdiri tahun 1948, namun orang-orang Amerika Serikat banyak memberi dukungan kepada bangsa Israel (Yahudi) dalam semua aspek kehidupan. Kini kita bisa melihat bagaimana AS diberkati secara luar biasa sebagai sebuah bangsa.

Salah satu contoh adalah Negara Uganda. Ketika Negara ini di bawah kepemimpinan Idi Amin , negara itu memutuskan hubungan dengan Israel dan bergabung dengan Libya musuh Israel. Uganda menjadi hancur, pembunuhan dimana-mana, korupsi,, kemiskinana, kelaparan, sihir dan berbagai macam kejahatan merusak Negara ini menjadi begitu parah. Namun semenjak Presiden Yoweri Museveni memulihkan hubungan ini, Uganda telah dipuluhkan secara luar biasa. Perusahaan-perusahaan Israel saat ini beroperasi di sektor konstruksi, infrastruktur, pertanian dan pengelolaan air, komunikasi, dan teknologi Uganda bahkan di tahun 2025 ini pertumbuhan ekonomi mencapai 8,6% (Indonesia tahun 2025 4,4%).

Selain suatu bangsa memberkati Israel juga bersifat personal. Berkaca pada pengalaman Ganjar Pranowo seorang politikus Nasional. Jauh sebelum Pilpres 2024, berbagai survey di tahun 2022 membuktikan bahwa Ganjar Pranowo berada di peringkat 1 mengalahkan Probowo Subianto. Seiring waktu elektabiltas Ganjar sangat meyakinkan dan semua orang yakin bahwa dia adalah the next president Indonesia hingga akhir bulan pebruari 2023, berbagai survey masih menempatkan  Ganjar di urutan pertama. Semua orang termasuk Ganjar yakin bahwa Pemilu yang tinggal 1 tahun lagi hanyalah waktu untuk mengantarkannya melanggeng ke istana Negara.

Pada bulan maret 2023, Ganjar menyatakan menolak atlet dari Negara Israel yang akan bertanding di Indonesia dalam Piala Dunia U-20. Dalam berbagai komentarnya di media, secara tidak langsung ia sangat membenci Israel. Lalu apa yang terjadi kemudian adalah kegaduhan yang tidak jelas sumbernya hingga batalnya pelaksanaan Piala Dunia di Indonesia serta menurunnya elektabilitas Ganjar Pranowo. 

Pada saat pemilihan suara satu tahun berikutnya ganjar tersungkur hingga nomor buntut dan ini membuktikan bahwa Fanu Uf dari TUHAN (Uis Neno) sangat ampuh. Bahkan setelah Pilpres, nama Ganjar seolah hilang ditelan bumi.

 

Fanu atas bangsa Amanuban

Namun bukan hanya kehidupan Ganjar saja yang mengalami hal serupa. Negara sebesar dan sekaya Republik Indonesia mengalami hal yang serupa sebab semenjak Republik ini berdiri belum pernah memiliki hubungan yang baik dengan Israel. Sejak Ir. Soekarno menyatakan bahwa haram hukumnya mengakui Israel sebagai sebuah Negara dan bangsa, republik yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia ini tidak pernah tampil sebagai Negara yang membanggakan.

Walaupun pada era pemerintahan Soeharto secara sembunyi-sembunyi melakukan kerja sama dengan Isarel bahkan beberapa perwira dilatih di Israel serta pengembangan teknologi dan beberapa kerja sama lainnya tapi itu terjadi secara rahasia dan berhenti di tahun 1990an ketika faksi Islam semakin menguat dalam tubuh cendekiawan dan para teknokrat dan poltisi di tubuh pemerintahan Indonesia.

Bahkan beberapa presiden secara terang-terangan mengutuk Israel seperti Ir. Joko Widodo pada tahun 2019 dan menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang membuat aturan ketat dan surat edaran yang akan menangkap dan menghukum siapa saja yang mengibarkan bendera Israel kecuali bendera Palestina. Bahwa apa yang kita tidak tahu adalah Fanu Uf akan berlaku dalam kehidupan kita. Kini Indonesia semakin terjerumus oleh ketidak pastian ekonomi, pemerintahan yang sangat korup dan semakin menumpuknya hutang luar negeri. Nilai tukar rupiah yang semakin merosot dalam 10 tahun terakhir dari Rp. 14.000/ dollar menjadi Rp.16.500/dollar serta angka kemiskinan yang semakin meningkat.

Lalu akan muncul satu pertanyaan, mengapa daerah-daerah Kristen yang percaya pada kebenaran Fanu ini yang paling miskin dan terbelakang?. Jangankan NTT, kabupaten TTS adalah kabupaten yang paling parah dari semua itu. Sejak Timor Barat sebagai bagian dari NIT (Negara Indonesia Timur) bergabung dengan Republik Indonesai Serikat di tahun 1949, kita hanya ikut membeo pada pemikiran-pemikiran pemerintah pusat. Sekalipun kita tahu bahwa mengutuk Israel membawa kutuk, namun kita hanya diam saja. Sekalipun kita tahu bahwa memberkati Israel adalah berkat namun belum pernah satu orang Kristen yang menyatakan bahwa tindakan pemimpin republik ini salah dan keliru. Itulah sebabnya kita yang paling tahu kebenaran kitalah yang paling berat menanggungnya.

Belajar dari dasar "Atoin Meto' ka namtausan fa sa-sa, in alah namtausnah Fanu" , saya mengajak kita untuk dengan nyata menyatakan bahwa kita tetap berpegang pada Fanu Uf ini. Kita harus menyatakan bahwa kita sebagai suatu bangsa yaitu bangsa Atoni pah Meto akan selalu memberkati Israel.

Dalam momen menjelang Festival Amanuban ini, saya mengajak Bapak Pendeta untuk dapat mendukung kami dari Amanuban untuk bersatu dalam doa untuk memberkati Israel. Kami berencana akan menggelar doa ibadah untuk memberkati Israel pada tanggal 9 November 2025 atau 10 November 2025.


          

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TIMOR : BENARKAH ORANG TIMOR BUTA HURUF?

TUA ADAT NAILEU (DESA TETANGGA BOTI) Kepada Kepala BPN - Laob Tumbesi pelanggaran HAM

SEJARAH TIMOR : BENARKAH ORANG TIMOR DIJAJAH 350 TAHUN?