MENJAWAB UAS : ARTI SALIB BAGI ORANG KRISTEN DAN KEKELIRUAN PANDANGAN ADBUL SOMAD

MENJAWAB UAS : ARTI SALIB BAGI ORANG KRISTEN
DAN KEKELIRUAN PANDANGAN ADBUL SOMAD
sebuah Apologetika (Pledoi) Kristen dari seorang Kristen kacang hijau
* Oleh : Pina Ope Nope

Saya menitip tulisan ini dalam Blog saya ini karena merasa tepanggil...
           
            "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah."  1 Korintus 1:18, ini adalah bagian tulisan dari Paulus dari Tarsus 2000 tahun lalu. Selama seminggu ini media sosial diramaikan oleh pernyataan ustad Abdul Somad atau disingkat UAS yang menyebut tentang salib sebagai tempat bersemayam “jin kafir” yang bertugas menyesatkan orang terutama kaum UAS yang menghadapi sakratul maut. Bahkan ia menyarankan agar lambang red cross, palang merah di Ambulance diganti dengan bulan sabit merah. Ini pernyataan lucu dan konyol dari seorang S2 lulusan luar negeri terutama fakta yang sebenarnya lambang palang merah tidak ada hubungan teologis dengan salib Kristen seperti yang didalilkan UAS.
Sudah tentu pernyataan UAS ini memantik kontra dari kalangan Kristen sehingga melaporkan UAS ke pihak kepolisian. Walaupun hingga tulisan ini dibuat belum ada kejelasan dari kepolisian bahwa kasus ini mengandung unsur pidana dan dapat diproses secara hukum namun saya percaya bahwa penegakan hukum di Indonesia akan menunjukan taringnya yang sebenarnya bahwa kasus ini tidak akan sampai ke proses ke meja hijau. Begitulah saya secara skeptis menilai terutama menilik kasus Ahok, Meliana dan Pdt. Saiful Ibrahim versus pelaku pembakar Wihara. Untuk memuaskan rasa kecewa saya, maka saya membuat tulisan ini dan tulisan saya ini hanya sebuah Apologetika atau sebuah Pledoi atas iman Kristen untuk menjelaskan arti simbol salib dalam kepercayaan Kristen yang telah dicampakan dalam arti teologis sang UAS.

Jin versus Jihny oh Jihny
Jihny  adalah Jin entertain yang cantik dan diperankan oleh aktris cantik Diana Pungky yang sangat terkenal dalam dunia sinetron dua dekade lalu. Namun Jin yang kita bahas sekarang tidak ada hubungan dengan sinetron namun dalam pandangan dua agama besar ini Islam dan Kristen. Perlu kita ketahui bahwa ada dua pandangan besar dan berseberangan dalam iman Kristen dan Islam tentang eksistensi Jin ini. Ini penting untuk dapat memahami perbedaan dan mengapa orang Kristen tersinggung ketika mendengar ceramah UAS yang mengait-ngaitkan salib ini dengan Jin. Dalam ajaran Islam disebutkan bahwa ada dua jenis Jin yakni Jin Muslim dan Jin Kafir. Jin Muslim adalah Jin-Jin yang telah bertobat dan menjadi mualaf sedangkan Jin Kafir adalah Jin yang tetap pada kekafirannya. Banyak rujukan tentang Jin Muslim ini dalam akun-akun Islam. Bahkan dalam kitab suci Islam disebutkan bahwa Nabi Sulaiman (raja Salomo dalam keKristenan) membangun istananya dan singasananya dengan pertolongan Jin-Jin yang dikirim oleh Aullah - sesembahan Sulaiman. Bahkan disebutkan bahwa dengan pertolongan Jin bernama Ifrit bagi Sulaiman sehingga singasana ratu Syeba (Bilqis dalam Islam) dipindahkan ke istana Sulaiman dalam sekejab mata.
Sedangkan dalam ke-Kristenan walaupun memiliki kisah tentang Salomo atau Sulaiman namun tidak pernah diajarkan tentang keberadaan Jin dalam Alkitab atau minimal ajaran yang menyebutkan hubungan antara Salomo atau orang kudus lainnya dengan Jin. Konotasi Jin dalam kekristenan hanya satu yakni “Setan/ Iblis” sang pemberontak dan pendakwa manusia. Orang Kristen dilarang berhubungan dengan Jin atau nama sejenis itu tidak perlu menggunakan istilah Jin atau apapun itu. Itulah sebabnya kata-kata UAS seolah menikam jantung iman Kristen.

Salib dalam iman Kristen
            Sebenarnya hukuman salib bukan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Romawi. Bangsa yang memperkenalkan hukuman salib pertama kali adalah bangsa Media-Persia (sekarang Iran) yang kemudian diadopsi oleh Yunani dan Romawi. Hukuman ini adalah untuk menghukum seorang pelanggar hukum di depan umum dengan cara yang sadis dengan proses kematian secara perlahan-lahan sehingga orang yang di hukum ini lebih menginginkan kematian yang cepat. Dengan menggantungkan dua tangannya pada sebuah tiang dengan dipakukan atau di ikat, maka paru-paru seseorang semakin sulit bernafas sehingga dapat dipastikan bahwa korban penyaliban merasa sangat tersiksa dan lebih ingin mati secara cepat. Dalam ajaran nabi Musa disebutkan bahwa, setiap orang yang mati di gantung adalah orang terkutuk (Ulangan 21 ayat 22-23). Tentu penggantungan seseorang haruslah melalui proses hukum yang adil berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi. Seorang terhukum yang di hukum mati dengan di gantung adalah pelanggar hukum berat.
            Salib merupakan lambang kegagalan manusia dalam penegakan Hukum. Penilaian manusia terhadap hukum sering koruptif, keliru, tidak adil bahkan penuh dengan prasangka. Ketika Yesus disidang, musuhnya mengajukan dengan saksi-saksi palsu dan keterangan-keterangan palsu. Pilatus menolak untuk menghukum mati Yesus namun menyerah karena didemo berjilid-jilid oleh pemimpin agama Yahudi. Disatir oleh Nabi Amos (Amos 2 ayat 6) yang menyebut  “Oleh karena mereka menjual orang Benar karena uang dan sepasang kasut“ karena para pemimpin agama Yahudi takut kehilangan jabatan dan pamornya di hadapan umat Yahudi yang mulai condong kepada Yesus. Uniknya Yesus dijatuhi hukuman mati karena ia ditanyai sebuah pertanyaan sederhana oleh Chaipas “Apakah Engkau Anak dari Yang Terpuji (Allah)?” dan Yesus menjawab “Akulah Dia, dan kamu akan melihat Anak Manusia duduk disebelah kanan Yang Maha Kuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit”. Perkataan Yesus ini untuk menunjukan bahwa Ia adalah sosok Ilahi yang di nubuatkan oleh Daniel 500 tahun sebelumnya dalam kitab Daniel  ayat 13-14. Sosok Ilahi ini akan berkuasa atas bumi dan langit dan kekal selama-lamanya. Chaipas langsung berkata “tidak perlu saksi lagi sebab Ia menghujat Allah” dan mulailah demo berjilid-jilid untuk menghukum Yesus.

Yesus, Allah yang menjadi Manusia
            Mana bisa Allah menjadi manusia?. Pasti ada yang berang. Allah bisa saja menjadi apa saja yang Dia mau. Namun pilihan Allah menjadi manusia disebabkan karena ketika Adam, manusia pertama diciptakan segala kekuasan terhadap bumi dipercayakan kepada Adam. Ia merupakan wakil Allah. Bahkan dalam Islam, Adam dipercaya sebagai Khilafah pertama di muka Bumi.  Dalam Alkitab disebut oleh kitab Kejadian 1 ayat 28 “Allah memberkati mereka (manusia) lalu berfirman “beranak cuculah dan penuhilah bumi, taklukanlah dan berkuasalah atas bumi, atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang”. Artinya kekuasaan diberikan kepada manusia bukan kepada ikan bukan kepada bulan atau kepada benda lainya. Namun karena ketidak taatan Adam maka kekuasaan atas bumi telah diserahkan oleh Adam kepada maut dan kerajaan maut sebab ia ternyata lebih memilih taat kepada bisikan sang pemilik Kerajaan Maut yakni Iblis dan Jin-Jin dari pada Tuhan itu sendiri. Itulah sebabnya kemudian bumi menjadi rusak dan penuh kejahatan sebab telah dikuasai oleh Iblis.
Sesaat sebelum pemberontakan Adam, Tuhan mengingatkan Adam bila kamu melanggar perintahKu “Kamu akan mati”, namun karena kasih Tuhan, maka ketika Adam berdosa ia tidak langsung mati tetapi ada yang mati untuk sementara menggantikan Adam yakni “Korban bakaran berupa lembu, domba atau kambing”. Namun nilai manusia tidak setara dengan 1.000 ekor lembu, 1.000 ekor kambing atau bahkan sejuta ekor kambing. Manusia sangat berharga di mata Tuhan. Itulah makna korban dalam kepercayaan agama Samawi. Itulah sebabnya ketika Tuhan meminta anak Abraham/ Ibrahim untuk dikorbankan sebagai kurban, Ibrahim menyadari bahwa itu setimpal sebab ia dan nenek moyangnya Adam telah berdosa, namun sebelum itu terjadi kemudian Tuhan menggantikan anak Ibrahim dengan seekor kambing dan itulah causa liteit bagi kepercayaan UAS untuk mempersembahkan kurban di hari raya kurban.
Adam dan keturunannya berusaha untuk meperbaiki kesalahannya sehingga dibuatlah “hukum”. Manusia berfikir bahwa dengan Hukum sifat manusia sempurna sebagaimana Adam dahulu dapat diperbaiki. Itulah kemudian muncul berbagai hukum termasuk hukum-hukum Islam dengan tujuan yang pasti adalah agar kita bisa sempurna dalam hubungan kita dengan Tuhan. Namun akan nyata kemudian bahwa tidak ada satu orang manusia-pun yang sanggup melakukan “Hukum” yang diatasnya ia percayai. Sifat-sifat manusia yang koruptif justru Hukum membuat manusia semakin berdosa lebih lagi dari yang sebelumnya. Bahkan saya yakin bahwa UAS tidak benar-benar sempurna sanggup melakukan semua hukum yang tertera dalam hukum yang ia imani.
Allah menyadari bahwa tidak ada satu orang manusia yang sanggup menggapai Allah dengan usahanya ataupun hukum apapun itu. Ibarat kita menaiki tangga, satu kali berbuat baik kita naik satu tangga, satu kali berbuat jahat misalnya bolong solatnya maka kita akan turun satu tangga. Dalam usaha demikian kita tidak akan pernah mencapai ujung tangga dimana Allah bersemayam sebab kita lebih cenderung berbuat jahat daripada kebaikan. Allah sangat mengasihi manusia dan ia tidak menanti anda di ujung tangga. Ia turun untuk mengangkat anda ke tempat Allah.
Namun pikiran manusia sangat terbatas, sehingga ketika Allah menyatakan diriNya kepada dunia, dunia menolak Dia (Yohanes 1 ayat 10-14 “Firman itu telah menjadi Manusia. Ia datang kepada milik kepunyaanNya tetapi mereka menolak Dia. Tetapi siapa yang menerimaNya diberi kuasa untuk menjadi Anak-Anak Allah”. Tentu maksudnya adalah memperbaiki keadaan kita seperti dahulu ketika Adam pertama kali diciptakan (Lukas 3 ayat 38). Karena itu Allah menjadi manusia Yesus sebab Yesus dalam keadaannya sebagai manusia adalah turunan Adam (lihat silsilah Yesus dalam Lukas 3 ayat 23-38). Tentu dalam hukum pewarisan jelas bahwa hanya turunan andalah saja yang berhak untuk menerima warisan bukan?.
Namun kemudian dengan alasan “Hukum” Yesus harus dihukum padahal semua perbuatan Yesus tidak ada yang setimpal dengan hukuman mati dan Dia harus menjadi terkutuk karena digantung diatas salib. Dengan kegagalan Hukum manusia, maka perbuatan manusia tidak layak lagi bagi sebuah kebenaran. Yesus telah merebut kuasa Maut sebab dahulu maut telah merampas kuasa itu dari Adam. Yesus lalu bangkit mengalahkan Maut karena Maut telah keliru mematikan orang benar dan sempurna seperti Yesus. “Hai Maut dimana Sengatmu?. Yesusku telah bangkit mengalahkan engkau.
Ternyata salib tidak bisa mencegah ke Maha Kuasaan Yesus dan melalui Salib itu Yesus telah mengalahkan Maut. Itulah makna salib bagi kepercayaan saya orang Kristen, seorang kafir Kristen bagi anda UAS. Saya seorang Kristen yang sekecil kacang hijau memahami Salib demikian tuan Ustad.
Bila anda UAS, bisa percaya bahwa dengan kematian seekor kambing kurban pada hari raya kurban kemarin dapat mengantar anda kepada kesempurnaan beribadah, mengapa anda tidak dapat percaya bahwa dengan kematian Yesus dapat mendamaikan anda dengan Allah?.
Salam Sejahtera..................

 * Pina Ope Nope adalah penulis buku “KONFLIK POLITIK di TIMOR tahun 1600-1800”

Komentar

  1. Bagaimana menjelaskan Ke-Esaan Allah saat YESUS dibaptis, mhon pencerahannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH TIMOR : KISAH HILANGNYA PENGARUH MAJAPAHIT DI PULAU TIMOR

Seri Sejarah Timor : GUBERNUR PALING JENIUS DALAM SEJARAH KUPANG (Bagian I)

ANAK KANDUNG ATOIN METO' DALAM DUNIA POLITIK NASIONAL